Sabtu, 04 September 2010

Perkembangan Morfologi Kota Trenggalek

Sabtu, 04 September 2010
Artikel Morfologi dan tipologi kota Trenggalek

Perkembangan kota Trenggalek yang dikaji dengan tinjauan historis dari studi morfologi dan tipologi dikelompokkan ke dalam kawasan pemerintahan, kawasan perdagangan dan kawasan permukiman. Pusat pemerintahan pertama kali dibentuk pada abag 18 sebagai daerah kekuasaan Mataram dan terletak di Surodakan yang berupa Kadipaten. Pada pemerintahan kolonial Belanda banyak penambahan di sekitar alun-alun untuk fungsi dan Kadipaten menjadi kota Kawedanan dari Kabupaten Tulungagung. Pada masa kemerdekaan terjadi perluasan alun-alun yang memotong sumbu jalan utama dan perubahan fungsi.

Kawasan permukiman berciri tradisional dengan penggunaan toponim Jawa seperti Pandean, Dabangsan, sasoetan, Tamertan, Jambangan, Ngantru, Ngemplak dan Sawahan. Pada masa pemerintahan kolonial Belanda dilakukan pembagian menurut tingkatan masyarakatnya yaitu : permukiman bangsawan dan pemerintah , permukiman Belanda, permukiman kaum Cina dan terakhir permukiman pribumi. Saat ini hal tersebut tidak tampak lagi karena dibumihanguskannya pusat kota pada tahun 1949 dan minoritasnya penduduk Cina. Kawasan perdagangan dimulai dengan pasar tradisional yaitu pasar Pon yang terletak di jl. Panglima Sudirman Kelurahan Sumbergedong. Kegiatan perdagangan ini juga diwarnai oleh kedatangan etnis Cina yang bermukim disekitar pasar Pon. Sampai saat ini perekonomian kota relatif lembat dan cenderung tertarik ke arah Tulungagung.

Journal from JIPTUNMERPP / 2008-01-09 09:44:52
Oleh : Rifan Handoko, Department_of_Architecture__Engineering_-_Merdeka_
(mintakat@unmer.ac.id)
Sumber : www.digilip.unmer.net
Keyword : Morfologi kota, tipologi kota, Trenggalek.



Review:
Setiap kota tumbuh dan berkembang dengan karakter yang dimilikinya sendiri, dan orang akan berusaha untuk membentuk image terhadap kota tersebut (J.M.Nas,1986). Sebagai contoh kota Trenggalek, kota ini mempunyai makna terang ing galih (terang di hati). Trenggalek berada pada provinsi Jawa Timur Letaknya di pesisir pantai selatan dan mempunyai batas wilayah sebelah utara dengan Kabupaten Ponorogo, sebelah timur dengan Kabupaten Tulungagung, sebelah selatan dengan pantai selatan, dan sebelah barat dengan Kabupaten Pacitan. Walaupun pelaksanaan pembangunan di kota ini termasuk lambat jika dibandingkan dengan kota lainnya di Jawa Timur, kota Trenggalek telah mengalami perkembangan dari beberapa aspek, seperti aspek fisik, politik, social dan budaya. Pusat pemerintahan kota Trenggalek seiring dengan berjalanan waktu dan pergantian masa pemerintahan sejak pertama kali dibentuk hingga pada masa kemerdekaan mengalami perkembangan dan perubahan dalam bentuk fisik kota ataupun fungsinya. Pada abad ke 18 pusat pemerintahan berupa kadipaten, namun pada masa kolonial Belanda Kadipaten diganti dengan Kawedanan. Kadipaten dan kawedanan merupakan pusat pemerintahan yang hampir sama yaitu wilayah administrasi kepemerintahan yang berada di bawah kabupaten dan di atas kecamatan yang berlaku di masa Hindia-Belanda. Memasuki masa kemerdekaan sudah tidak ditemukan bentuk pemerintahan yang berupa kadipaten maupun kawedanan.

Pada masa kemerdekaan alun-alun kota trenggalek mengalami perluasan dan perubahan fungsi, sekarang ini bentuk dari alun-alun lebih nyaman digunakan menjadi tempat rekreasi karena fungsinya sebagai ruang terbuka hijau yang banyak digunakan oleh masyarakat. Alun-alun kota dengan berbagai macam suguhan menarik, seperti halnya taman bermain anak, masakan, buah-buahan, tanaman hias, ikan hias serta pernak-pernik cindera mata sebagai oleh-oleh bagi wisatawan baik lokal maupun mancanegara.

Perkembangan morfologi kota Trenggalek juga terjadi pada daerah permukiman, Permukiman (Human Settlement) adalah tempat (ruang) untuk hidup dan berkehidupan bagi kelompok manusia (Doxiadis, 1971). Kawasan permukiman kota Trenggalek yang pada awalnya masih tradisional dengan memiliki bentuk beradatkan jawa belum ada pembagian kawasan permukiman yang menurut tingkatan masyarakat. Sejak pemerintahan kolonial belanda mulai dimunculkannya kawasan pemukiman yang terpisah sesuai dengan tingkatan masyarakatnya, yaitu permukiman bangsawan dan pemerintahan, permukiman Belanda, permukiman Cina, dan permukiman pribumi . Setiap kawasan permukiman ini memiliki ciri khas tersendiri sesuai dengan adat, budaya dan kepercayaannya masing-masing. Namun sekarang ini warga masyarakat Trenggalek hidup menetap dengan percampuran berbagai macam etnis dalam satu kawasan pemukiman. Tidak ada lagi perbedaan golongan yang membatasi dalam memilih tempat tinggal. Namun pada saat ini mayoritas penduduknya adalah orang pribumi walaupun masih terdapat penduduk keturunan Belanda dan juga Cina.

Pada artikel diatas disebutkan bahwa perekonomian Kota Trenggalek relatif lambat, hal ini dikarenakan kondisi geografis daerah ini. Sebagian besar dari wilayah Trenggalek, (sekitar 70 persen) merupakan pegunungan berbukit dan berbatu dengan ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut. Setiap tahunnya, daerah ini mengalami kekeringan dan kesulitan air bersih. Sehingga dapat dimaklumi jika angka pendapatan per kapita penduduknya rendah.

Dari pembahasan mengenai Kota Trenggalek dapat disimpulkan bahwa suatu kota terus berkembang dan mengalami perubahan bentuk kotanya sesuai dengan proses sejarah. Perubahan tersebut dilakukan untuk menjadikan suatu kota lebih baik dari sebelumnya. Walaupun pada akhirnya tidak semua aspek yang mengalami perkembangan memberikan solusi yang tepat bagi penduduknya, terkadang perkembangan kota yang terjadi hanya menguntungkan salah satu pihak saja. Oleh sebab itu perencanaan dan analisis yang matang serta pengambil keputusan yang tepat harus dilakukan dalam melakukan perkembangan kota agar ada lagi pihak yang merasa dirugikan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
plano is my life ◄Design by Pocket, BlogBulk Blogger Templates